Selasa, 19 April 2011



Radiasi Hp dapat merusak mata

Pada penelitian terakhir oleh tim dari Technion, Israel ditemukan hubungan antara radiasi gelombang mikro, yang biasanya terdapat pada handphone dengan beberapa macam gangguan pada mata. Paling tidak satu
jenis gangguan terus berakumulasi dari waktu ke waktu dan tidak sembuh, menantang pandangan umum dan dunia riset tentang durasi dari terkena radiasi
. Para ilmuwan juga berkata standar radiasi sekarang kemungkinan dapat berubah.

Efek dari terkena radiasi elektromagnetik telah lama menjadi subjek debat pada ilmuwan. Perkembangan teknologi dalam duapuluh tahun lagi seperti handphone, komunikasi nirkabel, monitor hingga kabel listrik bertegangan tinggi telah dipelajari sebagai faktor beresiko untuk kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Tidak begitu mendapatkan perhatian publik, tetapi masih menjadi bahan ekstensif penelitian, adalah mempelajari efek dari radiasi gelombang mikro pada sistem visual terutama mata. Motivasi dasar dari riset ini adalah sejak diketemukannya bahwa operator radar di Perang Dunia II memiliki resiko lebih besar untuk terkena katarak (pengaburan pandangan dari lensa mata). Walaupun kecurigaan ini seringkali diperdebatkan, ini adalah untuk pertamakalinya radiasi elektromagnetik diketahui membahayakan. Lebih lagi, mata sebagai detektor radiasi alamiah adalah pilihan penting untuk meneliti efek radiasi elektromagnetik terhadap tubuh manusia.

Pada penelitian terhadap hewan, pembentukan katarak pada mata hewan telah menjadikan standar Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) pada tahun 1998. Ukuran standar untuk mengukur besaran radiasi gelombang mikro adalah dengan Specific Absorption Rate (SAR) yang mengukur energi per berat tubuh (Watt/Kg). Ini adalah standar yang digunakan perusahaan pembuat handphone untuk mengukur besaran radiasi. Saat energi gelombang mikro melewati tubuh, ada yang diserap dan diubah menjadi panas karena konduksi ion. Panas ini menjadi temperatur yang meningkat di bagian tubuh. Penelitian terakhir pada hewan memperlihatkan peningkatan suhu di dekat mata (sekitar 3 derajat Celcius) memperbesar resiko untuk katarak. Dengan tingkat SAR rendah mungkin suhu setinggi ini tidak akan tercapai. Cara yang kurang terkenal adalah dengan Specific Energy Absorption (SA) yang mengukur besaran energi yang diserap tubuh dibagi dengan berat tubuh. Apabila SAR adalah ukuran dari radiasi gelombang mikro yang diserap tubuh, SA adalah ukuran dari total energi yang diserap. Perbedaannya memberikan efek signifikan pada penelitian terakhir tentang dampak radiasi gelombang mikro terhadap mata.

Pada laporan yang diterbitkan oleh Rappaport Faculty of Medicine di Technion dan dipublikasikan di jurnal Bioelectromagnetics, ada hubungan antara radiasi gelombang mikro dengan pembentukan katarak. Lensa mata dari bayi domba berumur satu tahun memperlihatkannya. Satu dipapar dan satunya dikontrol. Setiap pemaparan berakhir selama dua minggu. Keduanya ditempatkan dalam inkubator dengan temperatur tetap. Selama periode ini setiap lensa telah mengalami radiasi 1,1Ghz sebanyak 2mW sepanjang jam, dan setiap jam mengalami pemaparan selama 50 menit diikuti istirahat selama 10 menit. Pada satu dari setiap kali istirahat, setiap 24 jam, lensa ini diuji secara optik dan dibandingkan dengan lensa satunya. Dalam tes optik singkat selama 5 menit, temperatur rata-ratanya dibuat konstan di dalam inkubator.

Eksperimen ini memberikan sejumlah hasil menarik:

1. Pemaparan lensa untuk waktu lama pada radiasi gelombang mikro (pada frekuensi dan intensitas diatas) mengakibatkan kerusakan makroskopik yang berpengaruh terhadap kualitas lensa. Kerusakan meningkat seiring eksperimen. Saat pemaparan berhenti, kerusakan optik mulai sembuh sendiri. Cukup menarik, level maksimum yang sama ditemukan saat pemaparan dikurangi hingga setengahnya, walaupun hal ini memakan waktu dua kali lebih lama.

2. Pada level mikroskopik beberapa macam kerusakan terjadi. 'Gelembung-gelembung' kecil terbentuk pada permukaan lensa. Gelembung-gelembung diakibatkan oleh pemaparan pada gelombang mikro dan bukanlah hasil dari panas yang terbentuk pada lensa. Para peneliti telah berspekulasi bahwa mekanisme ini akibat friksi mikroskopik lensa dengan radiasi. Berlawanan dengan kerusakan makroskopik, kerusakan mikroskopik tidak memperlihatkan tanda akan membaik dan terus berakumulasi selama eksperimen.

walau para peneliti berhati-hati untuk menterjamahkan hasil dari eksperimen dan kemungkinan pada kesehatan publik, kelihatannya pemapaparan dalam waktu lama terhadap gelombang mikro dapat membuat kerusakan makroskopik mikroskopik pada lensa dan ada bagian yang tidak dapat sembuh. Professor Levi Shachter, yang mengerjakan riset ini berkata, perhatian tidaklah cukup hanya pada SAR tetapi juga SA yang belum lagi menjadi standar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar